GANGGUAN REPRODUKSI FAKT. GENETIK
Fakt. Genetik -?gangg. reprod. ?kelainan anatomi ?disebabkan krn sex kromosom ( gen resesif ) / kelainan satu gen resesif pd autosomnya.
Kelainan anatomi mempeng. bent.organ dan fungsi alt kelamin ( kurang / hilang).
Fak. Non genetis ( bhn teratogen) ? kelainan congenital.
Kelainan Anatomi (Genetis) pd Betina
1. APLASIA OVARIUM:
diff: - satu atau ke dua ovarium hilang atau tidak ada sama sekali.
2. HIPOPLASIA OVARIUM:
diff. :- suatu keadaan dimana 1 atau 2 ovarium lebih kecil dari normal.
causa :- satu gen autosomal tunggal dgn penetrasi yg kurang lengkap.
Ditinjau dr letaknya :
HIP. BILATERAL terbagi dr : parsial dan total.
- ke 2 ovarium menderita hipoplasia
- sapi betina sepenuhnya steril-? tidak berbahaya
- tidak dpt diternakan ?krn tdk dpt berproduksi ? tdk dpt memp. keturunan
- setelah cukup dewasa ? dijual.
HIP. PARTIAL ( mirip atropi ovarium) :
- ovarium lebih kecil dr normal.
- masih dpt berprod. Tapi tdk sepenuhnya dpt membawa sifat keturunan.
- berbahaya utk diternakan.
- sukar didiagnosa secara rectal ? ovarium terasa permukaannya kasar krn ada folikel / CL.
- pertumbuhan sal. reproduksi normal.
HIP.TOTALIS.
- ovarium sanga kecil(sel2tdkberkembang)
- betina tdk dpt berproduksi.
- mudah didiagnosa sec. rectal?ovarium menebal, kecil dan keras..
HIP. UNILATERAL ( Partial dan Total):
- berbahaya kalau diternakan ? anak seperti induk
- sal. Alt kelamin pertumbuhannya normal.
- p.u ovarium kiri ( 87,5%)
Ditinjau dr derajatnya terbagi dr:
HIP. BIL. TOTALIS :
- tdk berbahaya? tdk estrus ?krn tdk ada produksi hormon dr ovarium.
- sal. Kelamin tetap kecil.
- sifat kelamin sekunder tdk ada.
- betina tampak spt jantan dikebiri ( kaki panjang, ambing tdk ada , pelvis sempit)
- tdk dapat diobati? dipotong.
HIP. UNILAT. PARSIAL :
- ada segi bahayanya ? krn ada kemungkinan terjadi ovulasi ( sebab disfungsi cuma sebagian)
-bila estrus kemudian dikawinkan ?anak seperti induknya.
- ada sifat kelamin sekunder.
CARA PEMBERANTASAN: seleksi ketat
D.D / :-sapi dgn ovarium kecil
- sapi dgn ovariu in-aktif.
3.PENYUMBATAN TUBA FALOPII KRN NODUL FIBROUS.
- penyumb. T.F-? fertilisasi tidak ada.
- p.u krn inbreeding.
- tdk dapat diobati
- sulit didiagnosa sec. rectal.
- kadang2 dpt birahi? ovarium berfungsi ? tdk ada fertilisasi shg majir.
4. APLASIA SEGMENTALIS DUCT. MULLERI = WHITE HEIFER DISEASE.
- diff. :- hambatan pertumbuhan sal. Muller pd masa embrio disebabkan gen resesif.
- vagina sempit.
- servik tdk terbentuk.
- uterus hanya tinggal sisa spt pita tdk berongga.
- oviduct dan ovarium tidak ada ( kalau ada ovarium hanya berupa penebalan ligamentum)
- kelenjar ambing tdk tumbuh krn tidak ada progesteron dan estrogen.
- secara rectal? semua alt reproduksi tidak teraba.
D/ : - memasukan batang plastik yg ujung tumpul dlm alt kelamin ( hanya masuk 5-8 cm sedang normalnya 15 cm .
- rectal : semua alt reproduksi kecil tdk teraba.
- dari luar betina seperti jantan.
HIMEN PERSISTEN = IMPERFORETE HIMEN.
diff.:- merup.jar.ikat tebal dab kenyal yg sifatnya meneteap dan terletak pd perbatasan vagina dan vulva.
- dapat mengganggu prs.kopulasi dan partus.
D/ : explorasi vaginal dgn vaginoskop? tertahan oleh himen bila dimasukan dlm rongga vagina
Ada 3 tipe :
A.tipe berat :
- ada kontriksi hymen
- ada kontriksi bag. anterior vagina sampai korpus uteri
- kornua uteri spt pita dan tidak berlumen.
- kornua uteri isi lendir menyerupai cyste dan berwarna transparan.
D/ : sapi steril total.
B. tipe sedang :
- uterus yg mengecil hanya 1 ( unicornus)
- cornua uteri spt pita dan tidak berlumen.
- cornua bisa sistik dan isi lendir.
- sering terjadi pd cornua kanan.
D/ :hewan masih dapat bunting.
C. tipe ringan :
- terjadi kontriksi hymen (hymenpersisten)
- alt kelamin lainnya normal.
- penimbunana lendir di vagina? krn kontriksi hymen.
G/ : - siklus dan lama birahi normal.
- ovarium, oviduct, uterus normal semua.
- setiapa kawin terjadi perdarahan ? distokia.
R/ :secara operatif? hymen dihilangkan
D/ : induk bisa steril
5. UTERUS DIDELPHYS:
diff : keadaan dimana corpus uteri tidak ada, karena cornua uteri berhubungan langsung dengan servik yg mempunyai sal. Ganda.
causa :- kegagalan sal. Muller utk berfungsi normal.
6. OS. UTERI EXT. YG DOUBEL :
Causa : tidak sempurnanya pertumbuhan dan fungsi ke 2 sal. Muller di daerah servik pd masa
embrional.
- ada pita tenunan pengikat yg tebal dibelakang pertemuan ke 2cornua uteri.
- dapat menimbulkan distokia? saat melahirkan.
7. KELAINAN SAL. GADNER.
- diff : ada kista sepanjang sal. Gadner di bawah mukosa lantai vagina.
- kista berisi lendir dan dpt menggangu prs. koitus (menyebabkan distokia/ kesulitan IB).
R/ :kiste diinsisi.
8. FREE MARTIN :
- diff :-hewan yg secara genetis terlahir betina dan jantan kembar.
- betinanya steril dan tampak seperti jantan.
G/: - alt. Kelamin tidak tumbuh normal. Vulva kecil dan rambut vulva banyak.
- klitoris besar.
KELAINAN ANATOMI PD JANTAN
1. KRIPTORCHID :
Diff : -keadaan dimana testes gagal turun ke dalam rongga skortum melalui sal. Inguinalis ?shg testes tetap berada dlm rongga abdomen.
Normal :- selama fetus dlm kandungan ?testes akan berpindah ke rongga skortum.
Keadaan ini disebut “ descensus testisculorum”
Paling sering : kuda, kambing , babi.
Causa :
1. pemendekan gubernakulum
2. gangguan sekresi hormo gonadotropin.
3. Kelainan anatomi sal. Inguinalis.
Dapat : monolateral dan bilateral (jarang).
lebih sering pd kiri
D/ : palpasi skrotum.
Penyuntikan dgn HCG atau LH pd waktu setelah melahirkan dapat mendorong penurunan testes ke dalam skrotum.
2.HIPOPLASIA TESTES
Diff : -dimana 1 atau 2 testes lebih kecil dari normal. Hal ini trjadi krn tidak sempurnanya perkembangan testes.
Degenerasi testes atau atropi testes? disebabakan krn faktor genetis.
Sering terjadi pd testes kiri.
2. Deviasi penis: -penis bentuk spiral
3. Hipospadias = Blood fistula : uretra terbuka bag.bawah.
- sering terjadi perdarahan
waktu ereksi.
4. Aplasia testes:
-diff : satu atau ke2 testes tidak ada dalam rongga skrotum
- hewan selalu majir.
D/ : palpasi skrotum ? testes tidak ada.
5. Poliorchid :
diff :- testes lebih dari 2 dlm rongga, baik yg bentuknya normal maupun tidak.
D/ :- palpasi skortum.
KELAINAN DUCT.MESONEPRICUS
(DUCT. WOLFII)
- secara normal duct. Ini berperan dlm perkembangan sal- sal alt kelamin jantan (sal.epididimis,vas.deferent,kelj.vesc.seminalis. )
1.Aplasia segmentalis epididimis :
- yt : sebag. atau seluruh epididimis lebih kecil dari normal dan sifatnya resesif.
2. Aplasia / Hipoplasia vesc. Seminalis :
- lobus kenj. Vesc. Sem. lebih kecil dari
normal.
- lebih sering terjadi unilateral.
D/ : - pemeriksaan semen ?kualitas semen turun, sebaiknya jantan tidak digunakan sbagai pemacek.
(no.1 +2) tetap fertil, tapi krn heriditer, maka tidak digunakan sbg pemacek.
- PERSISTEN PENIL FRENULUM Pemisahan epitel preputium & robeknya frenulum secara sempurna -? normal -? pubertas. -akibat kegagalan robeknya frenulum ?perlekatan penis dan preputium, bisa bersifat sementara dan permanen. - merupakan kelainan anatomis , sehingga perlu operasi ringan. - sifatnya heriditer.
PROLAPSUS PREPUTIALIS
- suatu keadaan dimana dinding dalam (epitel) preputium keluar dari orifisium preaputii.
- causanya : - lemahnya musc. Retraktor praeputii
-adanya luka (postitis, oedema penis) ?yang menghambat masuknya kembali dinding dalam preputium yang sebagian ikut keluar pada waktu ereksi.
- kalau mengalami kerusakan ( trauma) -? prolapsus permanen
PHIMOSIS :
-keadaan dimana penis tidak dapat keluar dari orifisium preputium pada sat ereksi.
- sifatnya :-kongenital
- perolehan: keradangan,haematoma,
tumor, parut luka pdpenis,preptium)
PARAPHIMOSIS:
-keadaan dimana penis tidak dpt masuk kembali kedalam preputium setelah ereksi.
Blog ini di buat, dan di posting untuk kepentingan Ilmu pendidikan, tidak ada biaya dan tidak ada proses yang rumit untuk copy paste pada blog ini....!!! KUN
Minggu, April 17, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KUNtilanak galeri
sapa yang masuk?
- http://kunto-anggoro.blogger.com
Mengenai Saya
Arsip Blog
-
▼
2011
(49)
-
▼
April
(39)
- Manajemen Produksi Sapi Perah
- perencanaan bisnis
- penggolongan usaha peternakan
- merencanakan bisnis
- menggunakan waktu secara efektif
- mengambil resiko
- mengambil keputusan
- lingkungan usaha peternakan
- kepemimpinan
- berjiwa wirausaha
- analisis usaha sapi potong
- analisis usaha sapi perah
- analisis kelayakan usaha peternakan
- susunan susu 3
- susunan susu 2
- susunan susu 1
- post mortem
- ante mortem dan post mortem secara umum
- RPH 2
- RPH 1
- penanganan karkas unggas
- pengawetan panas-dingin
- pengolahan pangan secara fermentasi
- mikrobiologi pangan
- pendahuluan tht
- patologi nutrisi
- patoimunologi 2
- patoimunologi 1
- pendahuluan kemajiran
- diagnosa kebuntingan 2
- fisiologi kebuntingan
- fisiologi kelahiran
- gangguan reproduksi faktor genetik
- kemajiran faktor hormonal
- kerugian gangguan reproduksi
- patologi alat kelamin jantan betina
- pendahuluan distokia
- diagnosa kebuntingan
- Manajemen Produksi Sapi Potong
-
▼
April
(39)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar