Pelaksanaan Imunisasi pasif, harus memperhatikan beberapa hal :
Apabila antibodi dibuat di spesies lain (misalnya anti-tetanus toxoid dibuat di kuda), resipien dapat membentuk respon terhadap bagian isotypic determinant dari antibodi asing tersebut.
Beberapa individu dapat membentuk IgE terhadap bagian antibodi tersebut dan memperantarai degranulasi sel mast yang berakibat reaksi anafilaksis sistemik.
Individu lain membentuk IgG atau IgM terhadap antibodi tersebut yang akan memperantarai pengaktifan komplemen maupun reaksi hipersensitivitas tipe III
Manifestasi patoimmmunologi
Immunopatologi suatu ilmu yang mempelajari gangguan-gangguan karena disfungsi sistem immun seperti defisiensi respon immun, gangguan regulasi sistem immun dan gangguan respon immun yang bersifat genetik
Manifestasi dapat dikelompokkan dalam :
Defisiensi respon immun
Syndroma lymphoproliferatif
Gangguan karena berkurangnya antigen-antibodi, Mis. reaksi hypersensitifitas oleh antigen yang bersifat infeksius/non infeksius.
Reaksi auto immun
lain-lain
2. Syndroma lymphoproliferatif
Syndroma ini berkaitan dengan multiplikasi yang berlebihan dari sebuah atau bagian sel-sel lymphoid
Berdasarkan kematangan sel-sel yang berproliferasi terbagi atas :
Lymphoma : proliferasi sel T atau B yang berlebihan sehingga maturasi terjadi pada stadium awal.
Disglobulinemia : suatu produksi abnormal immunoglubuline tipe-tipe tertentu.
satu jenis yang abnormal disebut disglobulinemia monoclonal.
Jika pada beberapa atau semua jenis immunoglobuline yang abnormal disebut dengan disglobulinemia policlonal
3. Reaksi Hypersensitivitas
Reaksi immun spesifik yang ditandai dengan peningkatan reaktivitas terhadap antigen/mikroorganisme yang sebelumnya disensitisasi terhadap antigen tersebut.
Keadaan ini berkembang melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Tahap sensitisasi : Berhubungan dengan kontak awal antara individu dan antigen
2. Tahap laten :Terjadi sintesa sel-sel immun setelah mengenal antigen
3. Tahap lesional :
- ketika antigen yang sama masuk kembali ke dalam individu
- apabila antigen tersebut bertahan didalam tubuh individu yang terkena
3. Tahap lesional :
Bergabungnya antigen dengan molekul pengenal spesifik yang berupa sel immun akan menyebabkan lesi pada jaringan
Gejala klinis mulai nampak berupa reaksi imflamasi lokal atau sistemik yang spesifik terhadap antigen tersebut dan bersifat normal.
Pada individu-individu tertentu menunjukkan reaksi spesifik yang abnormal.
Klasifikasi reaksi hypersensitivitas dapat didasarkan pada :
Waktu timbulnya gejala klinis
Mekanisme immunologi yang terlibat
SERUM SICKNESS
sering ditemukan setelah injeksi serum homolog maupun heterolog setelah penyuntikan intravena atau sub kutan
1. SERUM SICKNESS AKUT
Beberapa detik setelah injeksi intravena
Gejala klinis :
gelisah, urinasi, defekasi, dilatasi pupil, dispnu, penurunan pulsus, bradicardi dan pingsan.
Kadang-kadang perdarahan hidung dengan darah yang relatif encer.
Krisis berlangsung beberapa menit biasanya hewan dapat kembali ke keadaan semula.
Pada kasus-kasus tertentu dapat terjadi insufisiensi sirkulasi dan hewan mengalami kematian karena aspiksia
2. SERUM SICKNESS KRONIS
Gejala Klinis :
Muncul lebih lambat (7-12 hari setelah injeksi)
gejala utama pruritus, urticaria yang disertai dengan febris dan rasa sakit pada persendian.
Dapat disembuhkan dengan terapi yang tepat
Pencegahan :
sebaiknya melakukan injeksi pada tempat yang disarankan
Menggunaka serum homolog yaitu serum yang telah dimurnikan
Uji sensitifitas dengan meneteskan serum yang telah diencerkan 1/10 bagian pada mata hewan, kemudian diamati adanya reaksi lokal pada konjungtiva setelah 10 sampai 30 menit.
Menyuntikkan 0,1 cc serum yang telah diencerkan tersebut secara intradermal
Menyuntikkan antihistamin dan antiinflamasi non steroid setengah jam sebelum pemberian serum.
ALERGI OBAT
Reaksi tidak terlalu spesifik dan bervariasi.
Obat-obatan tertentu dapat menimbulkan reaksi hebat dengan timbulnya :
Urticaria
Anaphylactic Shock
Gejala klinik yang sering dijumpai adalah :
Shock dan collaps yang dapat berakibat kematian
Reaksi kulit berupa urticaria, papula, erythema
Demam
Kelemahan
Lymphadenitis
Dispnu (bronchial)
Asmatik
Gangguan hematologi seperti anemia hemolotik, thrombositopenia dan glomerulonephritis.
4 . REAKSI AUTOIMMUN
Berkaitan dengan respon sebuah individu terhadap antigen tertentu. Reaksi autoimmun dapat terjadi terhadap suatu organ (spesifik organ) atau sistem (non spesifik organ)
a. Autoimmun anemia haemolytic (pada erithrosit)
Tidak dianjurkan pemberian tranfusi darah karena dapat meningkatkan problem sekunder antara lain peningkatan beban liver dan ginjal.
pemberian kortikosteroid dengan dosisi tinggi (1-2 mg/kg BB setiap 12 jam) sampai terjadi stabilisasi formulasi darah. Apabila hasilnya positif, dosis diturunkan sampai betul-betul berhenti.
immunodeprasan yang lain seperti chlorambucil (0,1-0,2 mg / kg BB) dan cyclophosphamide (1-3 mg / kg BB / hari)
4 . REAKSI AUTOIMMUN
b. Thrombocytophenia autoimmun
diterapi dengan kortikosteroid, tapi pada kasus-kasus kronis dapat dilakukan splenectomy
c. Cutaneus autoimmun
Dapat diterapi dengan kortikosteroid yang berefek cepat baik sistemik maupun lokal atau penggunaan immunodepresan yang lain.
d. Lupus erythematosus autoimmun
Pemberian prednison segera dengan pola menurun terhadap waktu dengan dosis awal 1 mg/kg BB /hari dan setelah 1-2 bulan berhenti total. Dapat kombinasi dengan levamisol 150 mg / ekor / hari untuk mengurangi gejala klinis dan harus dilanjutkan selama 4 bulan. Untuk ras kecil dosis yang diberikan 7 mg / kg BB 2 hari sekali. Isoprinosin juga dapat diberikan 50 mg / kg BB / hari.
Jenis Patoimmunologi lain
Anemia :
Pasca infeksi babesiosis (sapi )
Anemia karena infeksi (kuda)
Coryne bakteriosis (sapi)
Encephalitis karena :
Canine distemper (anjing)
Marek’s disease (Unggas)
Glumerulonephritis karena :
Anemia karena infeksi (kuda)
Pyometra (anjing)
Jenis Patoimmunologi lain
Uveitis karena :
Keratitis pada Rubath’ disease
Peritonitis pada kucing
Poliarthritis setelah infeksi Streptococcosis, Brucelosis dan Tuberculosis.
Blog ini di buat, dan di posting untuk kepentingan Ilmu pendidikan, tidak ada biaya dan tidak ada proses yang rumit untuk copy paste pada blog ini....!!! KUN
Senin, April 18, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KUNtilanak galeri
sapa yang masuk?
- http://kunto-anggoro.blogger.com
Mengenai Saya
Arsip Blog
-
▼
2011
(49)
-
▼
April
(39)
- Manajemen Produksi Sapi Perah
- perencanaan bisnis
- penggolongan usaha peternakan
- merencanakan bisnis
- menggunakan waktu secara efektif
- mengambil resiko
- mengambil keputusan
- lingkungan usaha peternakan
- kepemimpinan
- berjiwa wirausaha
- analisis usaha sapi potong
- analisis usaha sapi perah
- analisis kelayakan usaha peternakan
- susunan susu 3
- susunan susu 2
- susunan susu 1
- post mortem
- ante mortem dan post mortem secara umum
- RPH 2
- RPH 1
- penanganan karkas unggas
- pengawetan panas-dingin
- pengolahan pangan secara fermentasi
- mikrobiologi pangan
- pendahuluan tht
- patologi nutrisi
- patoimunologi 2
- patoimunologi 1
- pendahuluan kemajiran
- diagnosa kebuntingan 2
- fisiologi kebuntingan
- fisiologi kelahiran
- gangguan reproduksi faktor genetik
- kemajiran faktor hormonal
- kerugian gangguan reproduksi
- patologi alat kelamin jantan betina
- pendahuluan distokia
- diagnosa kebuntingan
- Manajemen Produksi Sapi Potong
-
▼
April
(39)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar